AQEEQAH/TAHNEEK ANAK BARU LAHIR

1) Ketika seorang bayi lahir, maka dalam Islam (Mustahab) terpuji untuk mengucapkan selamat kepada orang tua atas kelahiran anak tersebut. Juga dianjurkan untuk memberikan hadiah kepada anak.

2) Azaan harus diucapkan di telinga kanan, dan Iqaamah di telinga kiri.

Hal ini dilakukan segera setelah bayi dimandikan. Diriwayatkan bahwa pada hari kelahiran Hasan bin Ali (RA) dan Fatimah (RA), Nabi (SAW) mengumandangkan adzan di telinganya (Abu Dawud, Tirmizi). Saat menulis tentang hikmah ini, Hafiz Ibnu Al Qayyim telah menyatakan bahwa arti penting mengucapkan Azaan dan Iqaamah di telinga adalah bahwa kata-kata tersebut menyatakan keagungan dan keagungan Allah, dengan kata lain, ini mendorong akidah Islam, dan melalui Azan dan Iqaamah, Setan menjauhkan diri dari anak.

3) Tahneek harus dilakukan dengan anak. Ini adalah praktik mengunyah dan melunakkan kurma, dan meletakkannya sedikit di langit-langit mulut anak, sehingga mudah masuk ke tenggorokan bayi. Perawatan harus dilakukan untuk menghilangkan kulit kurma. Jika tanggalnya tidak tersedia, seseorang dapat mengoleskan sesuatu yang manis (seperti madu atau sirup) ke langit-langit mulut anak.

Para ulama telah menulis bahwa melalui tindakan tahneek Sunnah ini, urat dan otot anak diperkuat. Langit-langit gigi, rahang dan mulut dibuat aktif, sehingga memudahkan anak untuk mengambil susu dari payudara ibu.

Tahneek terpuji (Mustahab) dan seorang ulama Islam yang saleh dan saleh atau orang yang religius harus melaksanakannya.

Dalam hal ini, diriwayatkan dari Abu Moosa (RA) bahwa dia berkata, 'Seorang anak telah lahir di tempat kami, saya membelinya untuk Rasulullah (SAW) yang menamainya Ibrahim, dan melakukan tahneeknya dengan kurma. Dia kemudian membuat doa barakah (berkah untuknya) dan menyerahkannya kepadaku'.

(Bukhori, Muslim).

4) Kepala bayi harus dicukur. Rambut di kepala anak harus dicukur pada hari ketujuh. Adalah terpuji (Mustahab) untuk memberikan perak (atau nilainya dalam uang) dalam sedekah (amal) kepada orang miskin dan membutuhkan sama dengan berat rambut anak.

Diriwayatkan bahwa Fatima (RA) membagikan perak sebagai sedekah yang sama beratnya dengan rambut di kepala Hasan, Husain, Zainab dan Umme Kultsum. (Muwata Imam Malik).

Ibn Ishaq juga meriwayatkan bahwa pada kelahiran Hasan (RA) Nabi (SAW) meminta Fatima (RA) untuk mencukur rambut bayi dan menawarkan perak yang sama beratnya dengan rambut sebagai Sadaqah. Rambut itu beratnya satu dirham atau kurang dari itu. (Ibnu Ishaq).

Seluruh kepala harus dicukur. Meninggalkan sebagian rambut, sementara mencukur sebagian dilarang.

Sementara menulis tentang pentingnya mencukur rambut kepala bayi, para ulama telah menulis, 'mencukur rambut kepala memberi anak kekuatan, dan membuka pori-pori kulit. Ini juga bermanfaat untuk penglihatan, pendengaran, dan penciuman anak.

5) Anak harus diberi nama yang baik.

Menurut sebuah hadits, seorang anak dijanjikan aqiqahnya, yang dikorbankan atas nama anak itu pada hari ketujuh, kemudian diberi nama, dan rambutnya dicukur. (Abu Dawud, Tirmizi). Dari sini menunjukkan bahwa seorang anak harus diberi nama pada hari ketujuh. Juga diperbolehkan untuk memberi nama anak saat lahir. Dalam hal ini, diriwayatkan bahwa ketika Munzir bin Abu Usaid lahir, ayahnya membawanya ke Nabi (SAW), yang mengambil anak itu di pangkuannya dan menanyakan namanya kepada ayahnya. Saat diberi tahu, dia berkata, 'Tidak, panggil dia Munzir'. (Bukhori, Muslim).

Dilaporkan juga dalam sebuah hadits bahwa Nabi (SAW) berkata (pada saat kelahiran putranya Ibrahim), 'semalam seorang anak laki-laki lahir untukku, dan aku menamakannya Ibrahim setelah kakekku, Ibrahim (AS). )'. (Muslim).

Dari sini menunjukkan bahwa diperbolehkan memberi nama pada anak saat lahir.

Harus diingat bahwa nama yang diberikan kepada anak harus bagus, indah dan bermakna. Nabi (SAW) menyebutkan bahwa 'pada hari kiamat, orang-orang akan dipanggil dengan nama mereka dan nama ayah mereka. Karena itu, nama yang baik harus dipilih'. (Abu Dawud).

Anak-anak tidak boleh diberi nama yang nantinya dapat mengurangi kepribadian mereka atau menjadi bahan ejekan. Nabi (SAW) selalu mengganti nama yang menghina. (Tirmizi). Seseorang tidak boleh memberikan nama yang menyinggung pertanda buruk atau karakter buruk.

Nama yang dipilih untuk seorang anak tidak boleh merupakan nama yang dipakai untuk Allah. Misalnya, seseorang tidak boleh disebut dengan Ahad (Yang Esa), Aziz (Perkasa), Khaliq (Pencipta), Razaaq (Pemberi Nutrisi) dan atribut serupa lainnya yang digunakan untuk Allah. Sebaliknya, saat menggunakan nama-nama seperti itu seseorang harus menggabungkannya dengan kata Abdul (yang berarti 'pelayan'). Jadi, Abdul Ahad berarti Hamba Allah Yang Esa. Abdul Azeez artinya Hamba Yang Maha Perkasa, dll.

Saat menamai anak-anak, orang tua harus memastikan bahwa nama yang mereka pilih menandakan pengabdian kepada Allah saja, dan bukan diet palsu.

6) Aqiqah anak harus dilakukan pada hari ketujuh kelahirannya.

Aqiqah mengacu pada pengorbanan kambing atau domba atas nama anak. Mengenai hal ini, Nabi (SAW) dilaporkan telah mengatakan, 'Setiap anak dijanjikan aqiqahnya yang harus disembelih atas namanya pada hari ketujuh, anak itu harus diberi nama dan dicukur kepalanya pada hari yang sama'. (Abu Dawud, Tirmizi).

Kurban atas nama anak laki-laki adalah dua ekor kambing (atau domba) dan untuk anak perempuan satu ekor kambing (atau domba). (Ahmad, Tirmizi).

Menurut tradisi, adalah terpuji (mustahab) untuk melakukan qurban aqiqah anak pada hari ketujuh. Nabi (SAW) melakukan aqiqah Hasan dan Husain (dua cucunya) pada hari ketujuh setelah kelahiran mereka. Bisa juga dilakukan pada tanggal 14 atau 21. hari. Dibolehkan juga jika dilakukan pada hari ke 4, 8, atau 10 setelah lahir menggigil. Jika dilakukan di kemudian hari, ini akan diizinkan.

Dalam kasus anak laki-laki, jika seseorang hanya mengorbankan satu kambing (atau domba) maka aqiqahnya sah.

Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, disebutkan bahwa tulang-tulang hewan kurban tidak boleh dipatahkan (yaitu, hewan untuk Qurban dan Aqiqah). Tindakan tidak mematahkan tulang adalah pertanda baik kesehatan dan kekuatan anak.

Namun, tidak ada salahnya dilakukan jika seseorang secara tidak sengaja mematahkan tulang hewan tersebut.

Dagingnya dapat dibagi dengan memberikan sebagian kepada fakir miskin dan yang membutuhkan. Sebagian dapat diberikan kepada saudara, teman, tetangga, dan sebagian disimpan untuk diri sendiri. Sebagian juga bisa diberikan kepada bidan atau perawat. (Baihaqi). Seseorang dapat menggunakan daging untuk merayakan pesta Aqiqah dengan memasaknya dan mengundang orang lain untuk makan.

Menurut sebuah hadits, saat menyembelih hewan Aqiqah, orang harus mengatakan, 'Saya berkurban dengan nama Allah. Ya Allah, itu hanya untuk-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Ya Allah, aqiqah ini atas nama anak si fulan (sebutkan nama anak itu). (Ibn Mundhir).

Saat menjelaskan hikmah di balik aqiqah qurban, para ulama telah menulis bahwa pada kelahiran seorang anak, seekor hewan disembelih dalam aqiqah untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah dan untuk menawarkan tebusan bagi anak tersebut. Anak itu kemudian bersyafaat untuk orang tuanya.

7) Sunat harus dilakukan untuk anak laki-laki. Berdasarkan hadits Nabi (SAW), para ulama telah menyebutkan bahwa adalah Mustahab untuk melakukan sunat anak laki-laki sebelum ia mencapai kedewasaan. Dianjurkan untuk melakukannya pada saat aqiqah, karena pada usia ini anak tidak banyak menderita sakit. Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi (SAW) memiliki aqiqah dan sunat cucunya, Hasan dan Husain, dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran mereka. (Baihaqi).

Sementara menyoroti kebijaksanaan sunat, para ulama telah menulis bahwa:

  • Membedakan umat Islam dari pemeluk agama lain.
  • Juga menunjukkan kepatuhan seseorang terhadap perintah Allah, dan kesediaan untuk melaksanakan perintah-Nya.
  • Memastikan kebersihan yang sempurna.
  • Mencegah banyak penyakit.

Inilah petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada orang tua/wali atas kelahiran seorang anak yang memberi isyarat (kepada mereka) bahwa seorang anak harus diasuh dengan benar sejak lahir. Kepatuhan terhadap instruksi ini menjamin kesehatan, serta pengasuhan yang tepat bagi anak.

Dengan demikian, Islam memantapkan dirinya di hati anak. Ini memperkuat iman anak, dan mendorong anak untuk menjadi lembut, santun dan saleh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lemari Kayu Mulai Keropos dikarenakan Lembab? Perbaiki dengan Dempul Ini

8 Cara Teratas untuk Meningkatkan Pengalaman Pengiriman Pelanggan

Tidak hanya Fintech, Digital Printing Jadi Kesempatan Usaha Menjanjikan di 2020. Berapa Modalnya?